Sepeninggalku,tiadalah ujian yang paling berbahaya bagi kaum pria kecuali golongan kaum wanita"(HR Bukhori). Kepada orang tua,ALLAH Swt.memberikan ujian berupa anak.ALLAH berkehendak agar anak anak yang diberikan kepadanya agar dididik sebaik baiknya,sehingga kelak menjadi manusia yang taat kepada NYA. Keluargasumayyah mendapat ujian keimanan berupa - 31724787 shafaamalianida shafaamalianida 26.08.2020 B. Arab Sekolah Dasar terjawab Keluarga sumayyah mendapat ujian keimanan berupa a. ditikam benda tajam b. dipanggang hidup-hidup c. berpakaian besi di siang hari d. dijemur di padang pasir 1 Lihat jawaban Sampaikanpula sebuah kabar gembira kepada mereka bahwa mereka juga akan mendapat balasan besar di akhirat berupa surga-surga dan sungai-sungai yang indah di sisi Rabb mereka kelak. keluarga beserta sahabatnya. B. Iman dan Kesabaran Sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. tentu baginya keridhaan Allah, dan siapa yang murka IbunyaSumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah. (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran , hal. 122-123) Lihatlah keteguhan Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Hai Sobat Zenius! Elo punya uang nggak di dompet sekarang? Tenang, gue bukan mau malak kok. Nah, coba sekarang elo liat di dompet elo ada mata uang apa aja Vay Nhanh Fast Money. Dalam sejarah perjalanan dakwah Rasulullah dikisahkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah dalam menghadapi kemusyrikan kaum kafir di Makkah pada saat itu. Terlebih lagi di kota Makkah Rasulullah SAW dan para sahabat mendapatkan banyak siksaan dan kecaman dari kaum kafir Quraisy yang menganggap bahwa Nabi Muhammad akan mengancam keberadaan sesembahan yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Dengan demikian, mereka dengan sekuat tenaga menentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun Rasulullah tentu tidak pasrah dengan keadaan yang demikian, beliau dengan sabar senantiasa menghadapi kekejaman mereka dengan baik, tanpa adanya pembalasan. Sehingga tak sedikit pula orang-orang pada saat itu terketuk pintu hatinya, dan menyatakan dirinya masuk Islam karena melihat indahnya akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Tak jarang para sahabat yang memeluk Islam mendapatkan siksaan yang dilakukan oleh kaum kafir dengan sangat kejam. Salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang mendapatkan siksaan tersebut adalah seorang perempuan yang merelakan keluarga dan nyawanya untuk tetap menegakkan agama Allah. Bila kita banyak mengetahui sahabat laki-laki yang syahid dimedan perang untuk membela agama Allah, tentu kita juga perlu tahu bahwa terdapat syahidah atau orang yang syahid perempuan dalam Islam. Dan orang perempuan yang syahid pertama kali dalam islam adalah Sumayyah binti Khayyat. Sumayyah binti Khayyat atau juga biasa disebut Sumayyah binti Khabath merupakan salah seorang yang termasuk dalam golongan orang-orang yang memeluk Islam pertama. Beliau merupakan seorang budak dari majikan yang bernama Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi. Oleh majikannya tersebut, Sumayyah kemudian dinikahkanoleh tamunya yang berasal dari Yaman yakni Yasir bin Amir, dan dari pernikahan tersebut mereka dikarunia anak yakni Ammar dan Ubaidillah, kemudian Sumayyah dimerdekakan. Ketika Abu Hudzaifah meninggal keluarga Yasir tersebut mendapatkan perlindungan dari Bani Makhzum. Cahaya Islam di Makkah pada saat itu mulai tersebar, dan Ammar yang beranjak dewasa memiliki rasa penasaran mengenai ajaran yang dibawa oleh Rasulullah tersebut. sehingga Ammar mendatangi Rasulullah SAW di rumah Arqam untuk mendengar penjelasan dari Rasulullah mengenai Islam. Dari sini Ammar takjub dengan penjelasan Rasulullah mengenai kebenaran firman Allah SWT, sehingga tanpa ragu Ammar mengucapkan syahadatnya dan secara sah menjadi seorang muslim. Sepulangnya dari rumah Arqam, Ammar menyampaikan kabar keislamannya kepada kedua orangtuanya. Dan hati ayah dan ibunya pun juga merasa terketuk dengan ajaran Islam yang dikabarkan melalui putranya, sehingga keduanya mengikuti jejak putranya untuk berikrar dan menjadi seorang muslim. Keimanan yang dimiliki oleh orang muslim pada saat itu tidak secara terang-terangan diketahui oleh banyak pihak, dan justru menyembunyikan keimanannya. Karena kondisi pada saat itu, adanya ancaman dari kaum kafir Makkah yang menentang ajaran Rasulullah SAW. Namun, akhirnya kaum kafir Makkah pun mengetahui tentang keimanan dari keluarga Sumayyah tersebut, termasuk Bani Makhzum yang selama ini menjadi pelindung mereka. Kaum kafir Quraisy murka dengan ketauhidan yang dimiliki oleh keluarga Sumayyah, sehingga mereka mendatangi rumah keluarga Sumayyah, kemudian menangkapnya dan menyeretnya kehadapan khalayak umum untuk disiksa. Tak berhenti sampai disitu, merekapun juga disiksa diluar kota Makkah sampai mereka mau meninggalkan ajaran Rasulullah SAW. Sumayyah dan keluarganya pun terus-terusan disiksa oleh kafir Quraisy yang dipelopori oleh Abu Jahal. Keluarga Sumayyah ditusuk tombak oleh Abu Jahal dengan bertubi-tubi seraya diseret secara kasar oleh pengikut Abu Jahal. Kemudian mereka berhenti ditanah lapang yang dipenuhi dengan batu bongkah yang besar. Sumayyah, suaminya dan anaknya dibakar dibawah terik matahari padang pasir. Kaki dan tangan mereka diikat dengan erat sehingga tidak dapat bergerak sedikitpun. Abu Jahal dan para pembesar Qurasiy pun tertawa gembira melihat penyiksaan yang mereka lakukan terhadap keluarga Sumayyah. Tentu tak bisa dibayangkan seperti apa pedihnya siksaan yang dirasakan oleh keluarga Sumayyah pada saat itu demi mempertahankan iman dalam hatinya. Meskipun ditimpakan siksaan yang bertubi-tubi namun tidak ada satu kata kejipun yang keluar dari keluarga tersebut, mereka justru mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat sebagai bukti keteguhannya dalam agama Rasulullah. Mereka terus disiksa dengan tanpa rasa belas kasihan ketika mereka disuruh untuk meninggalkan agama yang diyakininya dan mereka menolaknya. Sehingga tubuh mereka mengalir darah yang membasahi pasir, dibawah teriknya matahari darah tersebut cepat meresap dan mengering. Kabar mengenai penyiksaan keluarga Sumayyah ini pun terdengar oleh Rasulullah, sehingga beliau dan Abu Bakar bergegas menuju lokasi penyiksaan keluarga Sumayyah. Namun Rasulullah dan rombongan mu’min yang pada saat itu belum memiliki jumlah yang banyak dihalangi oleh orang-orang Quraisy dan tidak dapat melakukan perlawanan yang berarti kepada kaum kafir Quraisy. Siksaan pun belum juga berhenti dilakukan kepada keluarga Sumayyah, suaminya Yasir yang tetap kokoh mempertahankan tauhidnya pun akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah Abu Jahal memakaikan baju besi dan meletakkan batu besar diatas tubuh Yasir. Sumayyah pun hancur melihat suaminya yang meninggal dengan cara disiksa seperti itu, namun beliau bahagia karena suaminya tetap teguh mempertahankan Islam hingga napas terakhirnya. Setelah kematian suaminya Sumayyah tetap bersikukuh mempertahankan keimanannya dan menentang permintaan Abu Jahal untuk meninggalkan ajaran Rasulullah. Abu Jahal punsemakin geram hingga ia menusukkan tombak ke arah kemaluan Sumayyah. “Allahu Akbar” itulah kata terakhir Sumayyah sebelum menghembuskan napas terakhirnya dalam tikaman tombak Abu Jahal. Sumayyah dan keluarganya tentu dapat menjadi teladan bagi umat muslim untuk senantiasa mempertahankan keimanannya hingga akhir hayatnya. Syekh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan dalm bukunya Nisa min Ashri An-Nubuwwah bahwa dalam lintasan sejarah Islam tidak dikenal seorang perempuan yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah, dengan ketauhidan yang begitu tangguh dan keras. Rasulullah SAW pernah berdo’a untuk keluarga Ysr dan Sumayyah “Wahai keluarga Yasir, bersabarlah. Sesungguhnya tempat kemali kalian adalah surga” HR. Al-Hakim. Dari do’a Rasulullah tersebut mengantarkan keluarga Yasir untuk dapat menahan segala siksaan yang dilakukan oleh Abu Jahal dan kaum kafir Quraisy sehingga berbuah kenikmatan yang tiada tara yang berupa surga jannatun na’im. Dari kisah Sumayyah dan keluarganya kita dapat mengambil hikmah berupa keteguhan iman yang perlu diperjuangkan hingga akhir hayat, meskipun nyawa menjadi taruhannya. Coba kita bayangkan apabila kita berada pada posisi keluarga Sumayyah, apakah kita akan sanggup mempertahankan iman kita dikondisi tersebut? Dengan demikian kita dapat senantiasa belajar untuk meningkatkan keimanan serta mempertahankannya, mengingat perjuangan kita mempertahankan keimanan tentunya tidak sekeras perjuangan yang dilakukan oleh keluarga Sumayyah. Dan kita patut bersyukur diberikan oleh Allah kesempatan berada dikehidupan seperti sekarang ini, dengan senantiasa bertaqawa kepada Allah, dan mempertahankan iman hingga hembusan napas terkahir. Oleh Fabby Aisyatul Mu’minah Az-zuhri Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang MAKKAH-Sumayyah binti Khayyat Radiyall anha adalah seorang budak wanita milik Hudzaifah bin Mughirah. Dia adalah wanita pertama yang mati syahid syahidah karena mempertahankan keimanan. Aan Wulandari dalam bukunya "Kisah Istimewa Asmaulhusna" menceritakan, Sumayyah menikah dengan seorang pendatang bernama Yasir. Kehidupan mereka sangat miskin dan tidak mempunyai orang yang bisa melindungi mereka. Umayyah dan Yasir hidup di bawah kekuasaan Abu lama, lahirlah salah seorang putra yang bernama Ammar, lalu disusup putra kedua, Ubaidullah. Ammar bin Yasir tumbuh menjadi seorang pemuda yang lurus hatinya. Ketika mendengar dakwah tauhid yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah, Ammar merasa sangat tertarik. Ammar menemui Rasulullah SAW dan tanpa ragu memeluk Islam. Pertemuan dengan Rasulullah SAW diceritakan kepada kedua orangtuanya. Atas kehendak Allah Sumayyah dan Yasir langsung memeluk Islam saat itu juga, mereka sekeluarga pun meninggalkan kesyirikan menuju kepada keesaan saja, masuk Islamnya keluarga yang miskin dan tak punya kekuasaan apa-apa ini menjadi sumber kemarahan tuannya. Abu Hudzaifah dan semua kerabatnya dari bani Makhzum memaksa mereka meninggalkan Yasir tetap berpegang teguh pada agama mereka titik akhirnya, penyiksaan demi penyiksaan pun dilakukan pada mereka titik orang Bani Makhzum mengeluarkan mereka ke padang pasir tatkala keadaan sangat panas menyengat. Mereka menaburi Sumayyah dengan pasir yang sangat panas. "Tak cukup dengan itu, diletakkannya sebongkah batu besar dan berat dan panas di atas dada Sumayyah," hal itu tak membuat keluarga Yasir melepaskan keimanannya. Saat dilakukan penyiksaan mereka menganggungkan nama Allah SWT. "Ahad....Ahad...." itulah yang cuma ya ucapkan titik tak ada rintihan dan teriakan ketika Rasulullah SAW menyaksikan penyiksaan terhadap keluarga Yasir ini. Beliau menengadahkan ke langit dan berseru. "Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga."Doa Rasulullah itu menguatkan hati keluarga Yasir ini. Mereka bersabar melewati siksaan demi siksaan dan demi surga yang kesabaran keluarga Yasir ini semua orang semakin barang. Abu Jahal si musuh Allah membunuh Sumayyah dengan kejam. Gugurlah Sumayyah sebagai syahidah di bumi Makkah dan dialah wanita pertama kali mati syahid karena mempertahankan ini dikaitkan dengan Asmaul Husna As Shabuyr yang artinya Maha penyabar. Dalam surag Ali Imran ayat 146 Allah begitu menyukai orang-orang yang dari ayat tersebut kata Aan adalah bahwa Allah Maha Penyabar, Dia menangguhkan siksa bagi hambanya yang berdosa. Dia beri waktu hambanya untuk bertobat. Allah maha suci dari sifat tergesa-gesa, tak ada yang dikerjakannya bila belum tiba waktunya. "Hikmah dari kisah di atas. Sabarlah dalam setiap ujian dan cobaan, Insya Allah ada hikmah dibalik semua itu," katanya. JAKARTA - Mengutip buku Mereka adalah Para Shahabiyah karya Mahmud Mahdi Al- Istanbuli dan Musthafa Abu An-Nashir Asy-Syalabi. Tersebutlah kisah Sumayyah binti Khayyat, seorang hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Perempuan itu dinikahkan kepada Yasir, pria pendatang yang akhirnya menetap di Makkah. Posisi Sumayyah yang sebatang kara, membuatnya hidup serbakesulitan. Apalagi, berada di bawah aturan-aturan yang berlaku semasa jahiliyah. Hampir tak ada kabilah yang sudi membelanya. Sang suami juga demikian. Yasir mendapati dirinya sebagai pendatang miskin. Untuk itu, dia berlindung pada Bani Makhzum. Seperti sang istri, Yasir juga hidup di bawah kekuasaan Abu Hudzaifah. Dari pernikahannya dengan Sumayyah, lahir dua orang anak, yakni Ammar dan Ubaidullah. Seiring berjalannya waktu, Ammar kian dewasa. Suatu hari, Ammar mendengar dakwah yang diajarkan seorang insan mulia, sang al-Amin Muhammad bin Abdullah. Ia merasa tertarik dengan agama Rasulullah SAW itu. Seperti jamaknya orang-orang Makkah yang merindukan keadilan dan kasih sayang-Nya, Ammar bin Yasir merasa terpanggil untuk mendalami Islam. Ia bisa melihat agama ini seturut dengan fitrah kemanusiaan. Misalnya, tidak ada penghambaan yang lebih hakiki selain seorang manusia kepada Allah SWT. Ammar pun mendapat hidayah dan memutuskan memeluk Islam. Ammar pun pulang ke rumah dengan berstatus sebagai Muslim. Ia menemui kedua orang tuanya. Iman yang kuat, saat itu terpatri dalam jiwanya. Ammar bercerita tentang pertemuannya dengan Rasulullah SAW. Ia menuturkan bagaimana Islam yang begitu menyentuh hatinya. Bagaimana dakwahdakwah yang dibawa Rasulullah menarik hatinya. Ammar kemudian menawarkan Islam kepada orang tuanya, Sumayyah dan Yasir. Ternyata, kedua orang tuanya dan juga sang adik menyambut gembira ajakan itu. Seluruhnya masuk Islam. Dengan demikian, Sumayyah menjadi orang ketujuh yang masuk Islam. Sumayyah dan keluarganya memeluk Islam ketika Nabi Muhammad SAW pada taraf awal menyiarkan dakwahnya. Ternyata, kabar masuk Islamnya Sumayyah dan keluarga kecilnya mengundang kemarahan kaum kafir Quraisy. Mereka termasuk Bani Makhzum menyiksa keluarga Sumayyah seluruhnya. Di hadapan para penyiksa, keluarga Sumayyah tetap teguh mempertahankan iman dan Islam di dada. Tidak Surut Iman Walau Disiksa Maka muncul pertentangan dan permusuhan dari orang-orang kafir. Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan Sumayyah. Penyiksaan pun tak terelakkan lagi. Bermacam-macam siksaan dijatuhkan kepada keluarga ini agar mereka keluar dari agama-Nya. Salah satunya, keluarga ini dipaksa keluar ke padang pasir ketika keadaannya sangat panas dan menyengat. Mereka bahkan membuang Sumayyah ke sebuah tempat yang jauh. Tak hanya itu, mereka juga menaburi Sumayyah dengan pasir yang sangat panas. Lalu meletakkan sebongkah batu yang berat di atas dadanya. Namun, tak terdengar sedikitpun rintihan dan ratapan dari Sumayyah. Melainkan ucapan, “Ahad … Ahad ….”, ungkapan tentang keteguhan akan tauhid yang terus keluar dari mulut Sumayyah binti Khayyat. Ia terus mengulang kata-kata itu. Begitu pula yang dilakukan Yasir, Ammar, dan Ubaidullah. Suatu ketika, Rasulullah SAW menyaksikan keluarga Muslim ini tengah disiksa dengan kejam. Beliau kemudian menengadah ke langit dan berseru, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.” Sumayyah mendengar seruan Rasulullah SAW. Maka ia pun semakin tegar menghadapi berbagai macam siksaan. Ia bahkan dengan berani terus mengulang sebuah kalimat, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.” Begitulah, Sumayyah binti Khayyat telah merasakan manisnya keimanan. Ia meninggal saat memperjuangkan akidahnya. Hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah SWT. Ia tak pernah takut menghadapi setiap siksaan. Keimanannya tak luntur sama sekali, sekalipun hanya sebutir pasir. Begitu pula dengan Yasir, ia juga mengambil keputusan yang sama dengan istrinya. Ia dan istrinya telah berjanji untuk bersama-sama meraih nikmat Allah SWT. Mereka memilih surga yang dijanjikan Rasulullah SAW. Sementara itu, kaum kafir terus melampiaskan kekesalannya kepada Sumayyah. Akhirnya, salah satu dari mereka menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya kepada Sumayyah binti Khayyat. Maka hilang nyawanya dari raga yang beriman dan suci. Sumayyah adalah wanita pertama yang syahid dalam mempertahankan Islam. Ia meninggal dengan menunjukkan keberanian dan keimanan yang kuat. Ia tak sekalipun takut menghadapi kematian. Tak ada tawar menawar selama membela Islam. Ia terus memperjuangkan imannya. Ia menukar nyawanya demi meraih surga Tuhannya. Ia mendermakan jiwa ke puncak tertinggi dari kedermawanan sumber Pusat Data Republika Ilustrasi. Sahabat wanita ini bernama Sumayyah binti Khabath. Ibu kandung dari Ammar, yang merupakan Istri dari Yasir. Ia merupakan maula budak Hudzaifah bin Al-Mughirah yang telah dibebaskan. Ia merupakan orang yang ketujuh di antara pertama kali yang masuk Islam. Yasir sendiri merukapan sekutu Hudzaifah bin Al-Mughirah. Dinikahkanlah Yasir dengan Sumayyah hingga melahirkan anak yang bernama Ammar. Setelah itu dimerdekakan. Ketika Sumayyah mendengar tentang Islam dari anaknya, hatinya tak kuasa untuk segera menerima agama baru yang baru ia dengar. Ia merasakan bahwa yang disampaikan anaknya merupakan keselamatan bagi keluarganya. Tumbuhlah keimanan di hatinya. Semakin hari keimanan itu semakin kuat bagaikan pohon yang akarnya menembus ke dalam bumi dan batangnya menjulang ke langit. Ketika keimanan sudah merasuk ke dalam hatinya, ia betul-betul menindaklanjutinya dengan pembenaran, pengikraran segaligus pengamalan. Semudah itu kah? Tentu saja tidak. Untuk mempertahankan keimanan model demikian, ia harus tabah dan tegar ketika keimanannya diuji walau harus kehilangan nyawa. Al-Qur`an sendiri menyatakan “Apakah manusia mengira dibiarkan mengatakan kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” QS. Al-`Ankabut [29] 2]. Keimanannya benar-benar teruji ketika ia beserta suaminya, Yasir tetap tegar dan sabar sewaktu disiksa dengan sedemikian kejamnya oleh Abu Jahal Amru bin Hisyam. Keimanan yang tumbuh dari dalam hatinya benar-benar bukan saja diikrarkan tapi juga dikawinkan dengan anggota tubuhnya. Sampai pada akhirnya, Abu Jahal menikam kemaluannya dengan tombak, hingga ia meninggal meraih medali syahid’ wanita muslim pertama. Sewaktu Rasulullah melihat keluarga Yasir disiksa sedemikian rupa Rasulullah berkomentar “Kesabaran untuk keluarga Yasir, sesungguhnya kalian dijanjikan surga.” Ya Allah…Ketegaran dan kesabarannya menjadikannya sebagai wanita yang pertama kali syahid. Bukan sekadar mendapatkan kemuliaan sebagai wanita yang termasuk pertama kali masuk Islam, ia juga menjadi wanita yang pertama kali syahi berjuang di jalan Allah. Mungkin ia tak berambisi mencari itu. Keikhlasan dan ketulusan imanlah yang membuatnya dianugerahkan kenikmatan yang begitu besar itu berupa kesyahidan. Iman yang benar membuat empunya semakin tumbuh subur dengan senantiasa mengejawantahkan keimanannya dengan amalan nyata. Keimanan bukanlah sekadar kata-kata indah yang menghiasi bibir, akan tetapi merupakan tindak lanjut dari komitmen hati, lisan yang diaktualisasikan dengan perbuatan. Pantaslah jika Sumayyah mendapat kemuliaan sebesar ini. Siapakah diantara kita yang mau meneladaninya? Aza Di masa awal Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat bukanlah hal mudah. Seseorang harus siap kehilangan dunianya. Kehilangan ayah atau ibu, saudara, kerabat, dan mata pencarian. Mereka tak hanya dikucilkan masyarakat, tapi mengalami juga penyiksaan. Jangankan mereka yang berstatus sosial rendah, bangsawan pun mengalami hal yang mengerikan. Abu Bakar ash-Shiddiq, seorang bangsawan pernah dipukuli sampai pingsan. Oleh karena itu, mereka yang memeluk Islam di zaman itu adalah orang pilihan. Mereka adalah orang yang siap bertaruh nyawa. Kalau mereka orang-orang lemah seperti kita, pastilah Rasulullah tak punya pembela dan teman setia. Di antara mereka yang memeluk Islam di awal kedatangannya adalah Sumayyah binti Khayyath. Seorang wanita mulia yang memiliki keimanan yang kuat. Ia termasuk orang yang pertama-tama memeluk Islam. Bahkan orang ketujuh yang menyambut seruan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. status sosialnya yang rendah membuatnya mengalami penyiksaan yang parah. Sampai ia wafat gara-gara disiksa. Siapakah Sumayyah? Sumayyah binti Khayyath radhiallahu anha adalah ibu dari Ammar bin Yasir radhiallahu anhuma. Ia memeluk Islam di Mekah. Dan menjadi orang ketujuh yang menyambut seruan tauhid. Ia disiksa. Dipaksa agar kembali ke agama semua. Namun ia tak peduli dengan siksaan itu. Ia bersabar. Hingga Abu Jahal melemparkan tombak yang menembus perutnya. Memeluk Islam Beberapa saat sebelum diutusnya Muhammad bin Abdullah menjadi Nabi dan Rasul, Yasir bin Amir datang ke Mekah. Ia seorang laki-laki yang berasal dari Yaman. Kemudian ia dinikahkan oleh Abu Hudzaifah dengan budaknya yang bernama Sumayyah binti Khayyath. Saat Sumayyah melahirkan Ammar, Abu Hudzaifah membebaskannya. Kemudian cahaya Islam mendatangi Mekah. Keluarga kecil Yasir ini segera menerimanya Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 4/101. Ada yang meriwayatkan bahwa Sumayyah adalah orang ketujuh yang memeluk Islam Ibnu Mandah al-Mustakhraj, 2/516. Mujahid rahimahullah berkata, “Orang pertama yang menampakkan keislamannya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. kemudian Abu Bakar ash-Shiddiq, Bilal bin Rabah, Shuhaib, Khabbab bin al-Arat, Ammar bin Yasir, Sumayyah ibunya Ammar. Semoga Allah meridhai mereka semua Ibnu Abdil Bar al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ash-hab, 4/1864. Derita di Jalan Islam Derita di jalan Islam dialami oleh Sumayyah binti Khayyath radhiallahu anha. Setelah ia memeluk Islam, ia disiksa. Ia dipaksa kembali kepada agama semula. Namun ia tetap bergeming. Padahal saat itu ia sudah tua dan lemah Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 8/207. Saat ia mengalami penyiksaan, Rasulullah menemui Sumayyah, suaminya, Yasir, dan anaknya, Ammar. Mereka sedang dijemur diteriknya matahari Mekah Ibnu Ishaq as-Siyar wa al-Maghazi, Hal 192. Beliau bersabda, صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ “Bersabarlah keluarga Yasir. Sungguh tempat kalian adalah surga.” HR. Al-Hakim dalam Mustadraknya 5646. Islam adalah solusi bahagia kehidupan dunia dan akhirat. Namun sebagian orang salah paham tentang solusi ini. Mereka sangka, solusi itu berarti semuanya enak dan cukup. Kalau ikut syariat tidak mengalami kesulitan. Kalau ikut syariat bisa menjadi kaya. Dan pemahaman yang berorientasi duniawi lainnya. Padahal bahagia itu adalah bahagi hati. Meskipun raga mengalami derita. Ibnu Taimiyah rahimahullah, seorang ulama yang dipenjara tujuh kali seumur hidupnya. Mengalami siksa dan derita sebagai seorang tahanan. Sampai tak sempat menikah. Dan wafat di dalam penjara. Beliau pernah mengatakan, ما يصنع أعدائي بي أنا جنتي وبستاني في صدري أين رحت فهي معي لا تفارقني ، أنا حبسي خلوة ، وقتلي شهادة ، وإخراجي من بلدي سياحة . “Apa yang bisa diperbuat musuh-musuhku padaku? Karena surgaku dan kebahagiaanku berada di hatiku. Kemanapun aku pergi ia tetap bersamaku. Tak terpisah dariku. Kalau mereka menahanku, maka aku berduaan menyepi bersamanya. Kalau mereka membunuhku, itulah syahadah syahid. Kalau mereka mengasingkanku dari negeriku, itu adalah rekreasi.” Muhammad bin Ahmad bin Salim as-Safarini Ghidza-u al-Albab fi Syarhi Manzhumati al-Adab, Hal 496. Jadi, Islam itu sendiri adalah bahagia. Kalau seseorang memahami Islam dengan baik, bagaimanapun kondisinya ia akan mendapatkan kebahagiaan di hatinya. Semoga Allah memberi taufik kita pada yang demikian. Wafat Sumayyah binti Khayyath radhiallahu anha wafat dalam keadaan tegar di atas Islam. Tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya merespon paksaan orang-orang musyrikin. Ia tak peduli. Biar pedih raganya disiksa. Mengalir darah dari tubuhnya yang tua. Sambaran terik matahari padang pasir Mekah membakarnya. Dipadu dengan caci maki kafir Quraisy. Keimanan tetap ia pertahankan. Jabir radhiallahu anhu berkata, يقتلوها فتأبى إلا الإسلام “Mereka membunuhnya. Tapi ia tolak semuanya kecuali Islam.” Ibnu Katsir al-Bidayah wa an-Nihayah, 3/59. Ia tetap teguh walaupun disiksa. Hingga lewat Abu Jahal yang sudah berputus asa memaksanya. Si Firaun ini hujamkan sangkur pada wanita tua itu. Sumayyah pun menjadi syahidah pertama di dalam Islam Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 8/207. Saat Abu Jahal tewas di Perang Badar, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata pada Ammar radhiallahu anhu, قَتَلَ اللهُ قَاتِلَ أُمِّكَ “Telah tewas pembunuh ibumu.” Ibnu Saad ath-Thabaqat al-Kubra, 8/207. Oleh Nurfitri Hadi IG nfhadi07 Artikel KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28

keluarga sumayyah mendapat ujian keimanan berupa